Shutterstock
Ilustrasi
Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com — Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor I Wayan Teguh Wibawan menegaskan, penelitian terbaru IPB menunjukkan bahwa tak ada susu bubuk formula yang mengandung bakteri Enterobacter sakazakii.
Penelitian dari 42 sampel yang diuji pada tahun 2009 menunjukkan, tak satu pun sampel susu tersebut mengandung bakteri penyebab penyakit meningitis ini.
"Setelah penelitian dilakukan tahun 2006, penelitian dilakukan kembali pada tahun 2009 terhadap beberapa susu formula yang dahulu positif. Sebanyak 42 sampel diambil, dan semua sampel yang diuji bebas dari Enterobacter sakazakii," katanya di depan anggota Komisi IX DPR, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Kustiantinah dalam rapat kerja DPR serta pemerintah, Kamis (17/2/2011).
Wayan mengatakan, dalam penelitian sebelumnya, peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) hanya menggunakan 22 sampel susu. Saat itu bakteri tersebut memang ditemukan. Namun Wayan mengingatkan, ke-22 sampel dalam penelitian tidak berarti sama dengan 22 merek susu.
Hasilnya pun sudah dicek ulang oleh sejumlah peneliti dari Jerman. Oleh karena itu, dia menilai penyebarluasan informasi atas penelitian tahun 2006 ini kurang tepat.
IPB sejak 2006 memang tak bisa mengumumkan merek susu bubuk formula yang dipakai dalam penelitian karena terikat kode etik penelitian. Namun, IPB segera menyampaikan temuan tersebut kepada produsen susu yang bersangkutan dan mempresentasikannya di depan para produsen.
IPB juga segera berkoordinasi dengan Badan POM terkait dengan publikasi penelitian tersebut.
Penelitian dari 42 sampel yang diuji pada tahun 2009 menunjukkan, tak satu pun sampel susu tersebut mengandung bakteri penyebab penyakit meningitis ini.
"Setelah penelitian dilakukan tahun 2006, penelitian dilakukan kembali pada tahun 2009 terhadap beberapa susu formula yang dahulu positif. Sebanyak 42 sampel diambil, dan semua sampel yang diuji bebas dari Enterobacter sakazakii," katanya di depan anggota Komisi IX DPR, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Kustiantinah dalam rapat kerja DPR serta pemerintah, Kamis (17/2/2011).
Wayan mengatakan, dalam penelitian sebelumnya, peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) hanya menggunakan 22 sampel susu. Saat itu bakteri tersebut memang ditemukan. Namun Wayan mengingatkan, ke-22 sampel dalam penelitian tidak berarti sama dengan 22 merek susu.
Hasilnya pun sudah dicek ulang oleh sejumlah peneliti dari Jerman. Oleh karena itu, dia menilai penyebarluasan informasi atas penelitian tahun 2006 ini kurang tepat.
IPB sejak 2006 memang tak bisa mengumumkan merek susu bubuk formula yang dipakai dalam penelitian karena terikat kode etik penelitian. Namun, IPB segera menyampaikan temuan tersebut kepada produsen susu yang bersangkutan dan mempresentasikannya di depan para produsen.
IPB juga segera berkoordinasi dengan Badan POM terkait dengan publikasi penelitian tersebut.
Editor: Asep Candra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar