Seks Manis, Keluarga Harmonis
Laporan wartawan KOMPAS Evy Rachmawati
TERKAIT:
Hubungan intim karenanya harus disepakati bersama oleh kedua belah pihak, menyenangkan bagi kedua pihak, serta sehat dan tidak menimbulkan akibat buruk bagi kedua belah pihak.
"Masing-masing perlu memahami dan mengerti siklus respons seksual yang diawali dengan fase rangsangan, datar, hingga akhirnya mencapai orgasme," ujar dr Putu G Kayika, Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo di Jakarta, Sabtu (14/3).
Perilaku seksual, kata Putu, dipengaruhi oleh seberapa besar dorongan seksual setiap pasangan, nilai sosial budaya dan moral, pengetahuan seksual dan fungsi seksual.
Tabu membahas soal seks pada sebagian masyarakat menyebabkan banyak pasangan tidak tahu bagaimana seks yang sehat dalam perkawinan. Informasi seputar seks penting diketahui setiap pasangan seperti seberapa sering berhubungan intim, kapan sebaiknya, bagaimana tahu orgasme, variasi posisi berhubungan intim, oral dan anal seks, apakah istri boleh aktif, dan bagaimana seks saat hamil. Demikian kata Putu Kayika.
Untuk itu, bila ada masalah seksual, sebaiknya didiskusikan bersama. Komunikasi yang baik agar masing-masing memahami masalah yang dihadapi menjadi kunci penyelesaian masalah.
"Jangan menyalahkan pasangan yang pada awalnya merupakan penyebab masalah tersebut," kata Putu Kayika menambahkan.
Yang paling penting, kata Putu, tidak membiarkan masalah berlarut bila ada gangguan seksual dalam perkawinan, berharap akan hilang dengan sendirinya.
"Jangan lakukan cara atau pengobatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi, bila menemui masalah seksual, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahlinya," ujarnya.