Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Sabtu, 19 November 2011

Mengapa Seks Harus Rutin?


Shutterstock
Ilustrasi
KOMPAS.com — Pernahkah Anda mendengar atau membaca kajian ilmiah bahwa seks memiliki khasit menyembuhkan? Ini memang bukan hanya isapan jempol. Seks yang dilakukan secara sehat, benar, dan teratur dapat memulihkan tubuh dan pikiran Anda serta mencegah timbulknya beragam penyakit.
Beberapa pengamat bahkan mengatakan, seks adalah obat yang dibutuhkan manusia dan dianjurkan untuk dilakukan setiap hari. Mari kita lihat empat alasan mengapa harus melakukan hubungan seks secara rutin, khususnya bagi seorang pria.
1. Latihan fisik
Melakukan hubungan seks adalah bentuk aktivitas fisik. Anda harus menyadari bahwa dengan melakukan hubungan seks, tingkat pernapasan akan meningkat. Jika Anda berhubungan seks tiga kali seminggu selama 15 menit, maka Anda telah membakar sekitar 7.500 kalori dalam setahun. Itu setara dengan joging sejauh 75 mil. Napas yang berat akan meningkatkan jumlah oksigen dalam sel Anda dan produksi testosteron selama berhubungan membuat tulang dan otot Anda lebih kuat.
2. Atasi nyeri
Merasa tidak fit dan sakit kepala, tidak bisa menjadi satu alasan bagi Anda untuk tidak melakukan hubungan intim. Saat berhubungan seks, baik tubuh laki-laki dan perempuan menghasilkan endorphin, hormon yang bertindak sebagai obat penghilang rasa sakit.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Gina Ogden menunjukkan bahwa rangsangan seksual khususnya selama orgasme membuat seseorang tidak dapat merasakan sakit. Pada wanita, seks juga dapat meningkatkan kesuburan, menunda menopause dan meringankan gejala PMS.
3. Melindungi prostat
Sebagian besar cairan sperma saat ejakulasi disekresikan oleh kelenjar prostat. Jika Anda berhenti ejakulasi, maka cairan akan tetap berada di kelenjar sehingga memicu pembengkakan. Ejakulasi secara teratur akan menguras cairan keluar dan menjamin kesehatan prostat Anda sampai usia tua.
4. Mencegah disfungsi ereksi
Lima puluh persen dari pria yang berusia lebih dari 40 tahun menderita disfungsi ereksi. Seks adalah obat terbaik untuk melawan impotensi. Ereksi akan tetap membuat darah mengalir melalui arteri penis Anda sehingga jaringan di dalamnya tetap sehat.
5. Mencegah stres
Fakta ilmiah menunjukkan seks bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mengurangi tingkat stres. Selama seks, tubuh Anda memproduksi dopamin (zat yang melawan hormon stres), endorfin alias "hormon kebahagiaan" dan oksitosin
.

Air Mata Darah Keluar jika Rehan Menangis Keras



Beberapa orang yang saat mengangis bisa mengeluarkan darah
KOMPAS.com — Isak tangis Muhamad Rehan, bayi berusia tiga pekan, mengejutkan orangtuanya, Siti Muamalah (22) dan Andri Rianto (25). Lima hari setelah kelahiran, setiap kali menangis keras, air mata yang keluar berupa cairan darah.
Berita itu tentu saja menggemparkan warga di Jalan Gang Masjid III, Kampung Kadu Sabrang RT 03 RW 02 Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (13/11/2011). "Sejak Rehan lahir, 26 Oktober lalu, hingga saat ini sudah empat kali menangis dan mengeluarkan darah," kata Siti, sang ibu.
Cairan darah dari dua matanya, kata Siti, hanya keluar kalau Rehan menangis kencang. "Kalau menangis biasa, enggak keluar darah, termasuk air matanya sama sekali tidak ada," jelas Siti.
Siti pertama kali mengetahui kejadian aneh itu ketika putra keduanya berusia lima hari. Saat itu, Rehan sedang tidur bersama ayahnya di dalam kamar. Saat Rehan menangis kencang, ayah tertidur nyenyak. "Saat menghampiri Rehan, betapa terkejutnya saya karena dari dua bola matanya keluar darah. Waktu itu cairan darah sudah membasahi sebagian baju Rehan," jelas Siti.
Saat itu Siti membangunkan suami dan ibunya (mereka tinggal di rumah orangtua Siti). Menurut Siti, cairan darah tak mengalir secara terus-menerus dari mata Rehan, tetapi cairan darah dalam jumlah yang banyak akan sekali keluar setiap kali Rehan menangis kencang.
"Kami hanya sekali memeriksakan Rehan ke dokter karena enggak punya biaya," kata Andri, ayah Rehan yang keseharian adalah staf di salah satu kontraktor untuk penggalian kabel telepon rumah.
Dalam sebulan, Andri memperoleh gaji Rp 700.000. "Gaji baru didapat kalau bekerja, ada kerjaan. Kalau tidak ada kerjaan, berarti enggak dapat gaji. Terpaksa untuk makan dan susu anak minta ke orangtua," kata Siti.
Pasangan yang telah menikah selama empat tahun ini masih menumpang di rumah orangtua Siti. Rumah itu ditempati oleh tiga keluarga dengan jumlah penghuni 12 orang.
Sabtu lalu, Siti dan Andri membawa Rehan ke dokter dengan berbekal pinjaman uang dari orangtua Siti. "Kata dokter spesialis mata di klinik, Rehan terkena infeksi mata. Dokter mengatakan Rehan bisa sembuh asalkan diobati secara berkala. Kata dokter, kornea mata Rehan masih bagus," kata Andi. Andri bingung karena dia tidak memiliki uang untuk membawa Rehan berobat secara berkala sehingga bisa sembuh.
Bidan dari Puskesmas Cikupa,  Dewi Arisandi, mengatakan, ia tidak tahu kalau ada kasus yang menimpa Rehan. "Kader posyandu saya tidak ada yang memberi tahu. Saya cuma baca di internet. Sampai di rumah Rehan, sudah banyak orang yang datang melihatnya," kata Dewi.
Dewi berjanji akan merujuk Rehan untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. "Secepatnya, Rehan akan dirujuk ke RSUD Kabupaten Tangerang," kata Dewi.

Gigi Sensitif Rentan di Usia Produktif


Kompas.com - Kondisi gigi orang yang berusia 20-30 tahun secara umum masih baik, apalagi kalau mereka rutin menyikat gigi dan memeriksakan giginya ke dokter. Tetapi di usia ini mereka justru rentan mengalami gigi sensitif.
Riset kesehatan menyebutkan satu dari dua responden pernah mengalami gigi sensitif di saat usia produktif. Walau rasionya nyaris seimbang, tetapi persentase penderita wanita lebih banyak dari pria, yakni 52 persen wanita dan 48 persen pria.
Gigi sensitif sebenarnya istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan dentine hypersensitive, yang ditandai dengan terbukanya dentin akibat email yang menipis. Maka, bila kondisinya sudah terbuka dan terkena sesuatu yang panas atau dingin akan timbul sensasi rasa ngilu pada gigi.
Menyikat gigi secara benar dan tidak berlebihan merupakan cara pencegahan gigi sensitif. "Orang yang lebih detil dan terlalu bersih dalam menyikat justru beresiko mengalami hipersensitif dentin," kata drg.Yuniarti Soeroso, Sp.Perio, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, menggosok gigi yang benar cukup dilakukan dengan lembut tetapi menjangkau seluruh sela-sela gigi. "Sikatan yang terlalu kuat justru merusak gusi dan mengabrasi lapisan gigi," imbuhnya.
Selain faktor penyikatan gigi, kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur juga akan menipiskan lapisan gigi. Sayangnya menggertakan gigi ini sering tidak disadari karena terjadi saat tidur.
"Penyebab utamanya adalah karena stres psikologis. Dalam jangka panjang kebiasaan menggertakan gigi ini akan merusak gigi," kata Dr.How Kim Chuan, pakar kesehatan gigi dari Malaysia dalam acara media edukasi Pendekatan Terkini dalam Perawatan Gigi Sensitif yang diadakan GlaxoSmithKline di Jakarta Oktober silam.
Pola makan orang berusia produktif juga berpengaruh pada gigi sensitif, misalnya kebiasaan mengonsumsi makanan asam serta kebiasaan minum minuman bersoda.
Kandungan asam di dalam soda juga akan mengikis enamel. Karena itu gunakan sedotan untuk mengurangi cairan asam kontak dengan gigi dan berkumur setelahnya.
"Sebaiknya berkumur dengan air setelah mengonsumsi makanan asam, jangan langsung menyikat gigi karena dapat mendorong asam masuk ke tubulus dentin di bawah enamel gigi," kata Yuniarti.
Preventif
Meski mengganggu, tetapi mayoritas menganggap gigi sensitif tidak berbahaya. Padahal keluhan gigi sensitif bisa menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan gigi. "Rasa ngilu pada gigi bisa membuat orang malas menyikat gigi sehingga lama kelamaan bakteri dan plak menumpuk, bahkan bisa menyebabkan radang gusi," kata Yuniarti.
Perawatan gigi sensitif bisa dilakukan dengan sederhana oleh pasien di rumah, yakni menggunakan sikat gigi berbulu lembut dan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif, serta tentunya tidak menggosok gigi terlalu keras.
Menurut How, penggunaan pasta gigi yang berbahan aktif strontium asetat sangat efektif meredakan rasa sakit pada gigi sensitif sampai 46 persen.  "Bahan aktif ini akan menutup tubuli dentin sehingga mencegah rangsang saraf. Dengan demikian sensasi ngilu pada gigi berkurang," katanya.
Strontium asetat sendiri, menurut Lody Lukmanto, GSK senior brand manager oral care, sudah dikembangkan dalam inovasi produk pasta gigi sensitif terbaru dari GSK, yakni Sensodyne Rapid Relief.
"Menggunakan pasta gigi ini setiap hari, kandungan aktifnya akan membentuk perlindungan untuk mencegah rasa sakit itu datang kembali. Untuk mengurangi rasa sakit juga bisa dioleskan langsung pada gigi yang ngilu," katanya.

Hi hi hi hiii....