Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Jumat, 29 April 2011

Melawan Takut, Siapa Takut?

image TAKUT. Meski hanya satu kata, namun bisa bermakna besar, jika Anda tak mampu mengatasinya. Ya, dalam hidup, kita terkadang dihadapkan pada banyak pilihan, antara iya atau tidak, hitam atau putih, baik atau buruk dan benar atau salah. Setiap keputusan yang diambil akan mendatangkan risiko, itu pasti. Namun, adakah Anda terus takut mengambil risiko atas keputusan-keputusan itu, risiko yang sebetulnya belum tentu akan terjadi?
Terpagar rasa takut tidak akan membuat kita beranjak kemana-mana, takut hanya membuat Anda berhenti melangkah dan menggapai mimpi, membuat Anda terdiam dan memisahkan diri dari orang-orang yang dicintai. Membuat kehidupan Anda justru terasa sempit karena Anda masih terbelenggu takut yang membatasi diri untuk berkembang.
Takut. Memang tak selamanya sebuah sikap negatif. Ketakutan yang muncul terkadang justru bisa menjadi "alarm", yang mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati. Namun, takut dengan dosis yang berlebihan tentu saja kurang baik bagi perkembangan jiwa Anda. Jadi, untuk mengatasi rasa takut itu, sebaiknya:
1. Ubah cara pandang
Pertama yang harus dilakukan adalah mengubah cara pandang Anda, dari takut menjadi cinta, dari pesimis menjadi optimis. Karena takut dan pesimis tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Jadi, sebaiknya abaikan sejenak standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena haya Anda yang mengetahui apa yang terbaik bagi diri Anda.
2. Kenali ketakutan Anda
Tanyakan pada diri apa yang membuat Anda merasa takut dan bagaimana perasaan itu sanggup menguasai Anda. Menyadari apa yang menjadi ketakutan Anda, akan membantu mengurangi rasa takut tersebut. Karena tanpa disadari, Anda tengah berupaya mencari jalan keluarnya.
3. "Berbagi" ketakutan
Jika Anda tak mampu mengatasi rasa takut itu sendirian saja, maka carilah teman terbaik untuk berbagi ketakutan dengan Anda. Seperti saat sendirian menonton film horor, ketakutan itu lebih terasa mencekam tubuh Anda, bukan? Namun saat Anda menontonnya bersama teman, ketakutan itu akan terbagi.
Tepis sementara perasaan gengsi hanya karena Anda takut teman-teman mengangggap Anda seorang penakut. Carilah seseorang yang bisa dipercaya, dan berbagilah dengannya tentang perasaan yang mengusik Anda. Merekalah yang akan bersedia menuntun Anda menemukan jalan terang dari ketakutan dan mendorong Anda untuk bangkit dan melangkah.
4. Melawan takut
Ketakutan sejatinya hanya akan pergi dari kehidupan Anda jika Anda bersedia melawannya. Jadi, segera datangi dan tantang ketakutan tersebut. Yakinlah bahwa rasa takut yang sanggup Anda lawan ini niscaya memunculkan kepercayaan diri yang terus meningkat. Sebagai contoh, Anda phobia keramaian, maka untuk meredam perasaan takut itu, pergilah ke tempat yang dipenuhi banyak orang seperti pasar atau mall.
5. Fokus pada masa kini
Masa depan memang harus dipikirkan, namun bukan berarti masa itu menjadi ketakutan bagi Anda di masa kini. hanya karena terlalu memikirkan prospek masa depan, jangan sampai membuat Anda dilanda rasa cemas, takut dan pesimis. Untuk mengatasinya, dibutuhkan keseimbangan antara tubuh dan pikiran. Artinya, berlatihlah untuk fokus pada apa yang Anda kerjakan di masa kini. Anda akan memiliki lebih banyak energi dan power untuk memperoleh kebahagiaan sekarang tanpa perlu takut dan cemas pada masa depan.
Jadi, raihlah apa yang ada sekarang, dan tak perlu takut menghadapi esok atau nanti.
(maya/CN19) .suaramerdeka

Rasa Penasaran & Idealisme Tinggi, Anak Muda Mudah Dicuci Otak

Fitri Yulianti - Okezone




(Foto: gettyimages)
RASA penasaran dan idealisme usia muda kerap dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Fenomenanya kini, banyak anak muda menjadi korban pencucian otak gerakan radikal.

Bukan tanpa alasan bila kaum muda menjadi sasaran empuk para pencuci otak gerakan radikal berbasis agama seperti Negara Islam Indonesia (NII). Usia muda ditengarai menjadi masa mudah bagi seseorang untuk disusupi keyakinan tertentu.

“Ini adalah waktu ketika anak senang mencari sesuatu yang beda, rasa ingin tahu dan idealismenya sangat tinggi,” tutur Veronica Soepomo MSi, psikolog London School Public Relation saat dihubungi okezone lewat ponselnya, Senin (25/4/2011).

“Apalagi, kalau dia dalam rumah atau keluarga, dia enggak happy. Saat ada komunitas yang bisa menerima idealismenya, ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” tukasnya.

Pendekatan biasanya dilakukan lewat hal-hal yang disukai anak muda.

“Anak mudah masih labil, gampang tergoda. Diajak makan, misalnya, mudah saja mereka menerima karena sifatnya having fun. Pendekatan ini yang biasanya dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Lebih mudah bila dilakukan lewat jalur ini,” sahut Adri Fabianus, psikolog dari Kasandra Associates.

Sikap kritis dan waspada patut dimiliki anak untuk membentengi diri dari pengaruh buruk lingkungannya. Apalagi, masa penanaman suatu doktrin biasanya tidak sebentar. Jadi, anak punya banyak waktu untuk mengkritisi banyak hal.

“Mereka harus waspada, karena proses (penanaman suatu doktrin) tidak sebentar. Dia harus kritis mempertanyakan setiap hal. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, dia harus rasional,” imbuh Veronica.

Orangtua harus tanamkan self esteem

Seorang anak berani mengatakan “tidak” pada ajakan negatif yang datang padanya bukanlah hal mudah tanpa proses. Nyatanya, keberanian menolak sesuatu adalah bagian dari rasa percaya diri yang memadai.

“Mereka yang mudah terpengaruh adalah anak-anak dengan self esteem dan rasa percaya diri rendah. Mereka tidak bisa menolak sehingga mudah dipengaruhi. Berani mengatakan ‘tidak’ adalah salah satu bentuk self esteem dan self confidence. Kalau rasa ini tinggi, mereka akan berpikir, ‘Kenapa mesti ikut kegiatan itu toh di rumah sudah nyaman’, misalnya,” ujar Veronica.

Keberanian itu, ditambahkan Veronica, menjadi bekal anak tidak selalu percaya pada orang yang baru dikenal. Sikap berani menolak pengaruh buruk perlu dipupuk orangtua sejak anak usia dini.

“Orangtua dan pendidik harus bisa menjadi teman diskusi mereka. Tanamkan trustness dan kemampuan untuk menghargai diri sendiri sejak dini. Orangtua juga harus up date terhadap informasi yang berkembang sehingga bisa menjadi partner dan sahabat yang baik bagi anak,” tutupnya.
(ftr)

Hi hi hi hiii....