Saat ini, terutama di masa Kampanye Pemilu, saya melihat banyak orang yang tidak sungkan-sungkan untuk berdusta/berbohong hanya untuk membela capres/cawapresnya atau menjatuhkan lawannya. Padahal berdusta itu besar dosanya di mata Allah. Contohnya ada yang berkata hutang berkurang padahal kenyataannya bertambah atau sebaliknya. Maka ramai disebut orang angin/janji surga, jual kecap, dan sebagainya untuk kata-kata dusta yang ditebar di kala kampanye atau waktu lainnya.
Memang di dalam keadaan tertentu, berbohong itu diizinkan.
Rasulullah Saw membolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa dan pembicaraan suami kepada isterinya. (HR. Ahmad)
Tapi itu pun pada saat yang luar biasa dan Nabi sendiri tetap menghindari untuk tidak berbohong. Sebagai contoh, ketika ada seseorang mencari musuhnya dengan niat berkelahi dan bertanya apakah Nabi melihat ada orang lewat di situ, sebelum menjawab Nabi menggeser tempat berdirinya, baru berkata. “Sejak saya berdiri di sini, saya belum pernah melihat orang lain selain kamu.” Dan memang sejak Nabi berdiri di tempat yang baru dia belum melihat orang lain selain orang yang bertanya.
Tapi hal seperti itu pun jarang dilakukan oleh Nabi sehingga Nabi dijuluki orang sebagai Al Amiin atau yang bisa dipercaya. Jika Nabi menyuruh para sahabat untuk pergi ke arah utara, kemudian setelah jauh berbalik ke selatan itu tidak bisa dikatakan bohong kecuali strategi/taktik militer. Itu pun ditujukan pada orang-orang kafir dan mata-matanya.
Terhadap para sahabat dan orang-orang yang beriman, Nabi boleh dikata senantiasa berkata jujur. Bahkan orang-orang kafir pun mengakui kejujuran Nabi yang tidak biasa berkata bohong.
Allah mengutuk orang yang banyak berbohong:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” [QS Adz Dzaariyaat:10]
Siksa yang pedih di neraka disediakan bagi para pendusta:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al Baqarah:10]
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa” [Al Jaatsiyah:7]
Jika sering berdusta, maka itu akan menyeretnya ke neraka:
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong). (HR. Bukhari)
Dusta adalah satu ciri orang Munafik:
Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW: “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia…celaka dia.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Berdusta bukanlah sifat seorang Mukmin:
“Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta. (HR. Al Bazzaar)
Orang yang membohongi temannya atau rakyatnya merupakan pengkhianat besar:
Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Media Islam – Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan Hadits