Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Sabtu, 25 Desember 2010

Wanita Bertato dan Segala Kontroversinya


Oleh Er Maya Nugroho

TATO bagai suvenir seumur hidup yang dilukiskan pada raga. Tak lagi didominasi kaum pria, makhluk wanita dengan segala keanggunannya pun berlomba-lomba menyematkan simbol-simbol indah itu di tubuh mereka. Seakan tak lagi peduli pandangan masyarakat yang belum terbiasa "open minded" karena masih terikat erat dengan adat ketimuran. Sebuah pemikiran picik, sempit, dan maha dangkal, ketika melihat bahwa semua yang terlihat nganeh-anehi, seperti halnya wanita bertato selalu diidentikkan dengan perangai negatif.

Bahkan muncul pula pendapat awam yang dijadikan guyonan antar kawan saat santai, "Perempuan tidak bertato itu bebas masuk surga, sedang perempuan bertato bebas kemana saja, keluyuran rumah tengah malam, dan merokok"

Pro dan kontra di masyarakat tentang tato rupanya telah melahirkan pula pandangan moderat sebagian wanita yang menyikapi tato dengan alasan beragam. Ada kecenderungan mereka (para wanita) mengingininya seperti sebuah candu, tapi tak berani karena takut ketagihan. Seperti diungkap simbok Venus, blogger dari Jakarta ketika dimintai pendapatnya tentang perempuan dan tato, "aku juga ingin (tato, red), tapi nggak berani..".

Lain lagi pendapat Ratna. Pekerja wanita dengan satu putra ini justru menyikapi tren tato dengan pemikirannya yang lebih maju, "Tato. Nggak ada yang salah dengan tato. Sama saja dengan karya seni lain, ada media, ada seniman, ada pelaku dan ada penikmatnya. Begitu juga dengan segala bentuk kontroversi, pro dan kontra yang menyertainya. Tato itu suatu bentuk karya seni yang usianya sama dengan peradaban manusia di bumi. Hanya saja aku lebih memilih temporary tattoo saja. Biar bisa ganti-ganti.."

Ya, bagai sebuah tren mode, seni tato dilirik sebagian kaum hawa karena dinilai menjadi media yang tepat untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan rasa, serta bentuk penghargaan terhadap karya seni tinggi. Angkat jempol tinggi bagi para wanita yang bersedia melalui rasa sakit dirajah jarum suntik dan merelakan tubuh mulusnya dilukis bak kanvas dengan tinta warna-warni. Tersematkanlah tubuh itu dengan simbol penuh makna, quote favorit bahkan replika foto.

Inilah bukti bahwa fungsi tato sudahlah bergeser, tak lagi difungsikan sekedar sebagai penanda pencapaian fase-fase terpenting dalam kehidupan perempuan-perempuan suku saat mereka mencapai pubertas, menikah dan memutuskan memiliki anak, namun telah pula menjadi bagian dari nafas fashion dan tren gaya hidup.

Presenter kondang, Tamara Geraldine salah satu contohnya. Dengan segala keberaniannya, Tamara merajahi tubuhnya dengan tato berwujud foto Caskaya, putri angkatnya. Sebuah kebanggaan bagi Tamara memamerkan replika foto buah hatinya yang terlukis di punggung mulusnya pada setiap kesempatan.

Tato higienis

Wanita berdarah Batak itu mengaku mulai 'gila' merajai tubuhnya sejak beberapa tahun lalu. Entah atas pertimbangan apa, Tamara berani berhadapan dengan jarum suntik, melalui rasa sakitnya ketika kulitnya dihujam jarum-jarum menyakitkan yang mungkin setimpal nyerinya dengan nyeri yang dialami sebagian wanita yang lebih memilih operasi liposuction. Ya, but the present is in your hands, dude!

"Buatku, tato mesti higienis. Waktu aku bikin tattoo wajah putriku di punggung, seniman tato-nya datang langsung dari Bali ke Jakarta. Aku sudah kenal dengannya dan dia bersih. Aku enggak mau seniman tato yang jorok, seperti bikin tato sambil merokok," ungkapnya.

Memang betul, tato tak hanya menyoal seni artistiknya yang tinggi, sebagai penanda momen penting dalam kehidupan, atau sebagai handicap menuju keterkenalan mereka, para pesohor. Namun dibalik itu semua, penting perlunya mempertimbangkan banyak hal sebelum merajahi tubuh. Mencari tahu kebersihan dan kredibilitas tempat desain tato adalah sebuah langkah bijak jika kita tidak ingin ada efek samping dari tato yang kita sematkan.

Menghapus tato = menghapus masa lalu?

Tak dipungkiri, kembali lagi pada prinsip masing-masing pribadi untuk memutuskan 'menandai' tubuhnya. Tak ada guna sekedar ikut tren jika hanya untuk kesenangan sesaat dan lalu menyesal memiliki 'tanda' itu. Akan jadi sebuah keterpurukan jiwa saja. Kelly Osborne memberi wejangannya pada anak-anak muda saat interview-nya dengan Access Hollywood. "Jangan pernah ber-tato, karena kamu akan menyesal setelah tua nanti. Aku membencinya"

Bahkan jadi sebuah masalah, ketika tato bergambar lumba-lumba di pinggul Luna Maya menjadi bukti kuat video asusilanya bersama Ariel Peterpan terkuak di publik. Sebuah sumber membenarkan, Luna Maya memilih menghapus tato itu dari tubuhnya pada seorang dokter di Singapura untuk menghilangkan bukti.

Ya, dalam urusan membuang tato, perempuan memang lebih sering melakukannya. Hal ini dikuatkan dengan sebuah studi yang pernah dilakukan di tahun 1996 di empat klinik dermatologi dari negara bagian Arizona, Colorado, Massachusetts dan Texas.

Riset yang dipimpin Dr Myrna L Armstrong dari Texas Tech University itu mewawancarai 196 orang bertato yang datang ke klinik, 130 di antaranya perempuan dan 66 pria. Yang mengejutkan, terdata lebih banyak wanita (69%) daripada pria (31%) yang datang membuang tato. Terkumpul alasan dari sebagian mereka yang memilih menghapus tato karena alasan stigma sosial, yakni malu, kesan rendah diri, pekerjaan baru, dan masalah dengan pakaian.

Atas dasar rasa cinta dan keinginan menandai momen spesial bersama sang pasangan jiwa, rupanya menjadi alasan sebagian wanita tanpa pikir panjang rela menandai tubuhnya. Inilah, yang bgai mereka menjadi sebuah pembuktian atas cinta yang begitu kuat mengakar di dalam hati. Sayang, ketika gairah itu memudar dan mati, 'tanda' itu pun tak lagi memiliki maknanya. Membuangnya dari tubuh adalah pilihan terbaik.

Hal ini dialami Eva Longoria yang rela merajah nama suaminya, Tony Parker, di bagian intim tubuhnya. Kenyataan pahit, pernikahan itu kandas. Mau diapakan tanda itu, tetap dikenang? jika tak ada lagi rasa yang tersemat di sana, untuk apa tanda itu masih terpahat?. Hapus, hilangkan dan buang jauh-jauh memang menjadi cara yang tepat. Namun, rasa sakit 'mencabut' tanda itu dari tubuh tak akan seberapa dibanding dengan perihnya melupakan kenangan sang mantan suami, buka

Tidak ada komentar:

Hi hi hi hiii....