Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Jumat, 06 Mei 2011

Aktif Bergerak Bebas Masalah Sendi

shutterstock

KOMPAS.com — Meski tidak terlihat, persendian perlu dirawat. Bila kondisi sendi tidak baik, fleksibilitas seluruh gerakan tubuh bisa terganggu, bahkan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi.
Makin banyak aktivitas yang dilakukan, makin berat pula tugas sendi.
Layaknya engsel pintu, sendi-sendi tubuh menjadi penghubung antara satu tulang dan tulang yang lain sehingga memungkinkan tulang dapat digerakkan dengan fleksibel dan lentur.
Karena fungsinya yang penting itu, persendian tak pernah beristirahat dari tugasnya. Bukan hanya itu, sendi merupakan anggota tubuh yang terus-menerus mengalami tekanan. Makin banyak aktivitas yang dilakukan, makin berat pula tugas sendi.
Ketika kita berjalan, tekanan pada sendi mencapai dua kali dari berat tubuh dan saat naik tangga meningkat hingga tiga kali. Tekanan yang dialami sendi bahkan mencapai lima kali dari berat tubuh saat kita menuruni tangga.
Menurut dr. Aris Wirabudi, Sp.PD, KEMD, dalam kondisi normal, sendi memiliki permukaan yang licin. Tekanan-tekanan yang diterima sendi akan menyebabkan robekan atau retakan kecil. "Secara alami robekan ini akan diperbaiki oleh tubuh. Makin muda usianya, makin cepat proses perbaikan ini terjadi," katanya.
Namun, seiring dengan pertambahan usia, kemampuan tubuh untuk mengoreksi robekan tadi berkurang, padahal setiap saat tubuh terus bergerak. Akibatnya robekan dalam sendi semakin besar dan artinya sendi makin cepat rusak.
"Jika robekannya terlalu besar, lama-kelamaan cairan sendi akan aus, tulang saling menempel dan terasa sakit saat digerakkan. Kondisi ini disebut juga dengan radang sendi atau osteoartritis, salah satu jenis rematik," kata ahli penyakit dalam dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, ini.
Percepatan kerusakan sendi, menurut Aris, disebabkan oleh berbagai faktor, yakni usia, berat badan, pola makan, dan aktivitas.
Orang dengan berat badan ekstragemuk atau obesitas merupakan kelompok yang rawan mengalami osteoartritis (OA). "Karena kegemukan, otot-otot penyangga sendi tidak kuat menahan beban sehingga lebih rentan terjadi robekan kecil pada sendi," katanya.
Penyakit radang sendi memang biasanya dialami oleh orang lanjut usia. Namun, jika persendian tidak dirawat, mereka yang belum terlalu tua pun bisa menderita. Di Amerika Serikat, OA diderita 6-12 persen pada populasi orang dewasa dan sepertiganya adalah usia di atas 65 tahun.
"Saat ini memang trennya semakin banyak orang yang masih muda sudah terkena OA, terutama jika kegemukan dan sendi ditekan terus," kata dr. Muliaman Mansyur, medical marketing PT. Fonterra Brands Indonesia, dalam acara seminar "Jaga Kesehatan Tulang dan Sendi" di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Osteoartritis memiliki gejala utama rasa nyeri, bengkak, sendi sulit digerakkan (kaku), dan hilang kelenturan di sekitar area yang sakit. OA bisa terjadi di seluruh bagian tubuh yang terdapat sendi. Namun, bagian yang paling sering terkena adalah lutut, tangan, kaki, tulang belakang, dan panggul.
Pencegahan
Osteoartritis bukanlah penyakit sepele. Penyakit ini bisa mengakibatkan cacat kronis, meningkatkan kunjungan ke rumah sakit, dan memakan biaya tinggi. Sayangnya, menurut dr. Aris, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini.
"Pengobatan yang diberikan adalah fisioterapi untuk mengembalikan fungsi gerak dan obat antiinflamasi untuk mengurangi nyeri. Terapi lain adalah operasi untuk mengganti area yang sakit," katanya.
Untuk menjaga fungsi sendi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama adalah berolahraga untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan. Makin banyak kita bergerak, makin lenturlah sendi kita. Lakukan olahraga yang menguatkan otot-otot penyangga tubuh.
Akan tetapi, Aris mengingatkan agar olahraga yang dilakukan tidak berlebihan. "Penggunaan satu bagian sendi yang berlebihan justru bisa menyebabkan cedera. Misalnya pada petenis atau pemain golf karena memakai satu bagian tangan terus-menerus," katanya.
Kalaupun Anda tidak punya waktu untuk berolahraga, selalu lakukan peregangan di sela-sela aktivitas untuk mencegah kekakuan.
Faktor lain yang tak kalah penting, menurut Muliaman, adalah nutrisi. "Seperti halnya tulang butuh kalsium dan vitamin D, sendi juga membutuhkan glukosamin untuk mencegah kerusakan jaringan tulang rawan dan mengatasi gejala artritis," katanya.
Glukosamin adalah senyawa pembangun untuk sendi tulang rawan yang berperan sebagai bantalan pada ujung tulang dan mencegah tulang dari keretakan saat mereka bergerak.
Secara alami zat ini ditemukan dalam tubuh, namun kemampuan tubuh menyintesa glukosamin akan berkurang seiring usia. Karena itu, glukosamin bisa ditambahkan dari luar tubuh.
Yang perlu diperhatikan, glukosamin bukanlah obat radang sendi. "Bila ada keluhan nyeri, haruslah diobati dengan obat antiinflamasi. Fungsi glukosamin ini untuk pencegahan," kata Aris mengingatkan.

Tidak ada komentar:

Hi hi hi hiii....