PASAR Hewan Bumiayu atau yang juga sering disebut sebagai Pasar Wage, menjadi bagian kehidupan masyarakat Bumiayu dan sekitarnya. Disebut Pasar Wage, karena hanya beroperasi setiap datangnya hari pasaran wage. Dalam perkembangannya, aktivitias perdagangan di pasar yang berada di ruas jalan utama Bumiayu-Salem tersebut, tidak sebatas pada perdagangan hewan ternak saja, namun juga beragam jenis kebutuhan masyarakat dari pakaian hingga pertanian. Namun demikian, pasar hewan tetap tidak kehilangan identitasnya sebagai tempat transaksi jual beli hewan ternak. Lebih dari itu, segala jenis hewan dijual di sini, dari mulai kelinci, ikan, ular, kura-kura, tokek, iguana, burung hantu, monyet, dan hewan-hewan eksotik lain, yang tidak lazim dipelihara tersedia di Pasar Hewan Bumiayu. Tingginya aktivitas serta menyatunya Pasar Hewan Bumiayu dengan masyarakat, dicermati sebagai bentuk budaya yang telah terikat degan masyarakat. Hal itu diungkapkan pemerhati masalah sosial asal Bumiayu Drs Zaini SSos MPd, Selasa (31/5). "Di sana telah terbentuk satu relasi perdagangan melalui kesadaran kolektif secara ekonomi, sosial dan budaya sekaligus. Bedanya dibanding pasar-psar lain, di pasar hewan ini iklim perdagangan yang terbentuk masih bersifat tradisional. Bentukan dari tindakan-tindakan terdahulu yang terproses panjang oleh perjalanan waktu," jelasnya. Bentuk budaya yang dimaksud Zaini adalah di pasar ini berlangsung aktivitas jual-beli yang kaya nilai-nilai lokal. Seperti keramahan masyarakat dalam bertegur sapa dan ramainya suasana tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. "Sehingga kita rasakan adanya interaksi sesama masyarakat yang lebih hidup ketika berada di dalamnya," imbuh Zaini. Terkait pengembangan dalam bentuk perluasan Pasar Hewan Bumiayu, dia berharap, kondisi seperti ini dapat tetap lestari tanpa harus merubah sistem yang telah berlaku di dalamnya. Tidak memutus keakraban penjual dan pembeli, namun warga tetap mendapatkan akses dalam mendapatkaan kebutuhannya. "Perlu kebijakan untuk mengkonservasi pasar agar tetap eksis di tengah perkembangan kota tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai salah satu simbol ekonomi dan budaya kerakyatan. Semakin banyak pemerintah bisa mewujudkan keberpihakan kepada rakyat dalam kebijakan pembangunan, maka pembangunan kota akan semakin mendapat tempat di masyarakat," terangnya. Sementara terkait perluasan pasar hewan yang saat ini terhenti, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Tata Ruang (TR) Brebes dikonfirmasi melalui Kepala UPT Dinas PU dan TR wilayah Bumiayu Koes Pramono mengatakan, perluasan pasar dilakukan Pemkab. Hal itu dilakukan menyesuaikan anggaran. Tahap pertama yang dilaksanakan pada 2008, telah menyelesaikan bangunan penambat hewan dan areal parkir. "Saat ini areal baru tersebut belum dimanfaatkan karena memang belum sempurna," kata dia. Dikatakan, setelah proses perluasan pasar dapat terpenuhi maka akan dilanjutkan dengan pembangunan sarana pelengkap lainya termasuk pagar keliling. Relokasi terhadap pedagang yang berjualan dipinggir jalan, baru akan dilaksanakan setelah seluruh kelengkapanan pasar dapat terselesaikan pembangunanya. "Namun sepertinya tahun ini rencana terseuut belum dapat terwujud karena belum tersedianya anggaran," kata Koes Pram. (tegus supriyanto) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar