AKIBAT pola hidup tidak benar,menopause bisa datang lebih dini dari yang seharusnya.Fenomena ini banyak menimpa wanita masa kini.Sebelum terlambat ,waspadai menopause dini sekarang juga.
Setiap tahunnya,sekitar 25 juta perempuan di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Jumlah perempuan usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada 2030. Di Asia, menurut data WHO, pada 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta.
Menopause merupakan suatu proses alami yang tak dapat dicegah. Umumnya, wanita akan memasuki masa menopause pada awal atau pertengahan usia 50-an. Dikatakan oleh seorang guru besar bidang endokrinologi reproduksi dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof Dr Med Ali Baziad SpOG (K), saat ini banyak terjadi menopause dini pada wanita masa kini akibat pola hidup yang tidak benar. “Sekarang menopause dini cenderung meningkat dibandingkan sebelumnya.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh gaya hidup atau ada penyakit tertentu,” tuturnya dalam acara temu media Bayer Schering Pharma bertema “Siap Menghadapi Menopause: Penanganan Tepat Mengatasi Gejala Menopause” di Jakarta, Kamis (21/10). Dijelaskan oleh Ali, menopause dialami oleh wanita dengan kondisi tertentu,di antaranya yaitu kedua indung telur diangkat karena operasi,penyakit TBC,serta tumor yang diangkat melalui proses radiasi. Sementara faktor lain yang juga berpengaruh menimbulkan risiko terjadinya menopause dini bisa dikarenakan konsumsi yang sembarangan, seperti jamu yang tidak terdaftar dalam BPOM.
“Ada beberapa bahan berbahaya yang dipakai dalam jamu ilegal yang bisa membahayakan hormon estrogen yang berperan dalam proses menopause,” kata dokter yang berpraktik di Klinik Yasmin Kencana RSCM Jakarta. Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak obat penurun berat badan, pola diet yang terlalu ketat, atau anoreksia, juga menjadi faktor penyebab terjadinya menopause dini. Dikatakan Ali, saat ini masyarakat cenderung ingin menurunkan berat badan secara instan dan memilih mengonsumsi beberapa jenis obat penurun berat badan sekaligus dan tidak sesuai aturan.
“Kondisi ini bisa memengaruhi jumlah sel telur yang dimilikinya,” tandas dokter yang menjabat sebagai Kepala Divisi Imunoendokrinologi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM. Prof Ali menjelaskan, penggunaan berbagai jenis obat penurun berat badan bisa menekan sistem di otak yang berfungsi mengatur kematangan dari sel telur.
Akibatnya, sel telur yang dimilikinya tidak berkembang dan lama-lama menjadi mati. Selain itu, bisa juga terjadi karena obat-obatan yang dikonsumsi langsung menyerang ovarium dan merusak sel-sel telur yang dimiliki oleh si perempuan yang menyebabkan menopause. “Jadi, lebih baik jika ingin kurus, menurunkan berat badan dengan berolahraga atau mengatur pola bukan dengan obat-obatan,” ujarnya.
Dijelaskan Ali, seorang wanita yang memasuki masa menopause memiliki gejala-gejala yang dikaitkan dengan kekurangan hormon estrogen. Di mana jangka pendek terdapat pada gejala-gejala klimakterik umum seperti menstruasi yang tidak teratur, terjadinya gangguan vasomotor,misalnya: semburan panas (hot flushes), berkeringat, serta jantung berdebardebar. Termasuk gangguan suasana hati, sakit kepala, berkurangnya energi, depresi, berkurangnya libido.
Sementara gejala untuk jangka menengah, yaitu gejala-gejala di organ lokal, ditunjukkan dengan pengeringan dan penipisan pada vagina,rasa nyeri dan tidak nyaman pada vagina ketika melakukan hubungan seks, serta infeksi kandung kemih.Adapun gejala jangka panjangnya adalah hilangnya kepadatan tulang yang berkelanjutan (osteoporosis), patah atau keretakan tulang, penyakit pembuluh darah, sampai pada penyakit jantung. Amenoreaatauberhentinya menstruasi secara permanen, menandakan berakhirnya kemampuan seorang wanita untuk dapat memiliki anak.
“Cegah menopause dini dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok,berolahraga, serta mengonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin mengonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkuang, atau pepaya,” sarannya. Dokter Kebidanan dan Kandungan dari RS Pusat Pertamina, dr Frizar Irmansyah SpOG (K) mengatakan, terapi yang tepat harus didapatkan wanita yang alami masa menopause. (inggrid namirazswara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar