SHUTTERSTOCK
KOMPAS.com - Stres pada ibu hamil sebaiknya dihindarkan, apalagi bagi mereka yang menginginkan bayi laki-laki. Sebuah riset terbaru menunjukkan, stres pada awal kehamilan dapat menurunkan peluang seseorang untuk mendapatkan anak anak laki-laki dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur.
Temuan ini dikaitkan dengan hasil investigasi tentang bagaimana gempa besar di Cile pada tahun 2005 mempengaruhi sebagian besar perempuan hamil sehingga memicu munculnya stres, kata para peneliti.
Para peneliti menganalisis akta kelahiran dari semua bayi yang lahir di Cile pada tahun 2004-2006. Setiap tahunnya diketahui ada sekitar 200.000 bayi yang lahir. Catatan kelahiran memberikan informasi mengenai ibu dan bayi, termasuk seberapa dekat si ibu dengan pusat gempa.
Menurut hasil laporan yang dipublikasikan pada edisi 8 Desember 2011 dalam jurnal Human Reproduction, penelitian menemukan bahwa paparan gempa selama bulan ketiga kehamilan mengurangi rasio kelahiran anak laki-laki.
"Secara umum, lebih banyak bayi yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki ketimbang perempuan. Rasio antara laki-laki dan perempuan sekitar 51:49. Dengan kata lain, dari setiap 100 kelahiran, ada 51 anak laki-laki. Tetapi dengan kejadian (gempa) tersebut kami mencatat ada penurunan sebesar 5,8 persen terkait proporsi kelahiran bayi laki-laki (45 per 100 kelahiran). Perubahan ini cukup signifikan," kata Dr Karine Kleinhaus, asisten profesor psikiatri, kebidanan & ginekologi, dan kedokteran lingkungan dari New York University.
Kleinhaus menilai, temuan ini masih terkait dengan riset sebelumnya, yang telah menemukan bahwa janin laki-laki cenderung untuk tumbuh lebih besar ketimbang perempuan dan perlu lebih banyak asupan makanan dari calon ibu, dan oleh karena itu pula lebih mungkin mengalami keguguran pada saat stres.
Ia juga menambahkan, janin laki-laki mungkin tidak sekuat janin perempuan dan cenderung kurang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dalam rahim apabila seorang ibu mengalami stres.
Selain itu, peneliti juga membandingkan kondisi ibu hamil yang tinggal di daerah gempa dengan mereka yang tidak. Jika dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terkena dampak gempa, kehamilanperempuan yang terpapar gempa pada bulan kedua kehamilan rata-rata 1,3 hari lebih pendek, dankehamilan mereka yang terkena gempa pada bulan ketiga kehamilan rata-rata 2 hari lebih pendek.
Temuan ini dikaitkan dengan hasil investigasi tentang bagaimana gempa besar di Cile pada tahun 2005 mempengaruhi sebagian besar perempuan hamil sehingga memicu munculnya stres, kata para peneliti.
Para peneliti menganalisis akta kelahiran dari semua bayi yang lahir di Cile pada tahun 2004-2006. Setiap tahunnya diketahui ada sekitar 200.000 bayi yang lahir. Catatan kelahiran memberikan informasi mengenai ibu dan bayi, termasuk seberapa dekat si ibu dengan pusat gempa.
Menurut hasil laporan yang dipublikasikan pada edisi 8 Desember 2011 dalam jurnal Human Reproduction, penelitian menemukan bahwa paparan gempa selama bulan ketiga kehamilan mengurangi rasio kelahiran anak laki-laki.
"Secara umum, lebih banyak bayi yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki ketimbang perempuan. Rasio antara laki-laki dan perempuan sekitar 51:49. Dengan kata lain, dari setiap 100 kelahiran, ada 51 anak laki-laki. Tetapi dengan kejadian (gempa) tersebut kami mencatat ada penurunan sebesar 5,8 persen terkait proporsi kelahiran bayi laki-laki (45 per 100 kelahiran). Perubahan ini cukup signifikan," kata Dr Karine Kleinhaus, asisten profesor psikiatri, kebidanan & ginekologi, dan kedokteran lingkungan dari New York University.
Kleinhaus menilai, temuan ini masih terkait dengan riset sebelumnya, yang telah menemukan bahwa janin laki-laki cenderung untuk tumbuh lebih besar ketimbang perempuan dan perlu lebih banyak asupan makanan dari calon ibu, dan oleh karena itu pula lebih mungkin mengalami keguguran pada saat stres.
Ia juga menambahkan, janin laki-laki mungkin tidak sekuat janin perempuan dan cenderung kurang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dalam rahim apabila seorang ibu mengalami stres.
Selain itu, peneliti juga membandingkan kondisi ibu hamil yang tinggal di daerah gempa dengan mereka yang tidak. Jika dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terkena dampak gempa, kehamilanperempuan yang terpapar gempa pada bulan kedua kehamilan rata-rata 1,3 hari lebih pendek, dankehamilan mereka yang terkena gempa pada bulan ketiga kehamilan rata-rata 2 hari lebih pendek.
Meski begitu para peneliti menegaskan bahwa paparan gempa tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko seseorang memiliki bayi laki-laki prematur.
Sumber :
Healthday News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar