10/05/2011 08:10 | Kesehatan
Liputan6.com, Seoul: Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas George Washington dan Universitas Yale di Korea Selatan menemukan bahwa satu dari 38 anak-anak memiliki ciri autisme. Angka tersebut jauh melampaui perkiraan yang ada di Amerika Serikat sebelumnya yang ada di angka satu dari 100.
Penelitian ini, "Prevalensi Autisme Spectrum Disorder dalam Sampel Jumlah Penduduk," dijadwalkan akan dipublikasikan secara online pada tanggal 9 Mei di American Journal of Psychiatry, laporan tentang autisme di antara sekitar 55.000 anak usia 7 sampai 12 tahun di sebuah komunitas Korea Selatan. Anak-anak ini termasuk mereka yang mendaftar pada pelayanan pendidikan khusus dan registri cacat, serta anak-anak terdaftar di sekolah pendidikan umum.
Partisipan disaring dengan survei yang dibagikan kepada orangtua dan guru mereka. Evaluasi kemudian dilakukan dengan menggunakan penilaian diagnostik yang komprehensif. Berbeda dengan studi terdahulu, para peneliti berusaha untuk melihat setiap anak di setiap sekolah, bahkan mereka yang tidak memiliki catatan dibutuhkannya pendidikan khusus. Metode ini membuka tabir kasus yang bisa saja pergi tanpa diketahui untuk epidemiologi dengan mengandalkan catatan pendekatan berbasis.
"Ini tidak berarti tiba-tiba ada lebih banyak anak baru dengan gangguan spektrum autisme. Mereka telah ada selama ini, tetapi tidak dihitung dalam studi prevalensi sebelumnya," kata salah satu penulis dalam penelitian tersebut, Dr Young-Shin Kim. (AP/MEL)
Penelitian ini, "Prevalensi Autisme Spectrum Disorder dalam Sampel Jumlah Penduduk," dijadwalkan akan dipublikasikan secara online pada tanggal 9 Mei di American Journal of Psychiatry, laporan tentang autisme di antara sekitar 55.000 anak usia 7 sampai 12 tahun di sebuah komunitas Korea Selatan. Anak-anak ini termasuk mereka yang mendaftar pada pelayanan pendidikan khusus dan registri cacat, serta anak-anak terdaftar di sekolah pendidikan umum.
Partisipan disaring dengan survei yang dibagikan kepada orangtua dan guru mereka. Evaluasi kemudian dilakukan dengan menggunakan penilaian diagnostik yang komprehensif. Berbeda dengan studi terdahulu, para peneliti berusaha untuk melihat setiap anak di setiap sekolah, bahkan mereka yang tidak memiliki catatan dibutuhkannya pendidikan khusus. Metode ini membuka tabir kasus yang bisa saja pergi tanpa diketahui untuk epidemiologi dengan mengandalkan catatan pendekatan berbasis.
"Ini tidak berarti tiba-tiba ada lebih banyak anak baru dengan gangguan spektrum autisme. Mereka telah ada selama ini, tetapi tidak dihitung dalam studi prevalensi sebelumnya," kata salah satu penulis dalam penelitian tersebut, Dr Young-Shin Kim. (AP/MEL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar