BREBES - Gubernur Jawa Tengah H Bibit Waluyo menilai program KB di Kabupaten Brebes gagal menekan jumlah penduduk kota bawang. Hal itu ditandai dengan masih tingginya angka jumlah serta pertumbuhan penduduk. Padahal, kepadatan penduduk ini berdampak terhadap kinerja sektor lain. “Pertumbuhan penduduk di Brebes juga paling tinggi di Jateng. Ini karena KB-nya gagal. Tugas utama pemimpin yang baru adalah menekan jumlah penduduk. Ini harus diperhatikan oleh Bupati baru, jangan main-main," tandas gubernur Gubernur Jateng H Bibit Waluyo usai pelantikan Bupati Brebes H Agung Widyantoro SH MSi, Selasa (10/5). Dia mengatakan, pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tingginya angka kemiskinan warga Brebes yang mencapai 20 hingga 25 persen dari jumlah penduduk yang ada. Hal ini, juga akan berpengaruh pada kondisi Jateng secara keseluruhan. “Mari galakan Balik deso Mbangun Deso, dua anak saja cukup. Zaman sekarang sudah berat kalau banyak anak, nggendoli pembangunan di Jawa Tengah,” tegasnya lagi. Dia juga meminta kepada SKPD terkait, termasuk juga camat dan kepala desa, untuk membantu mensosialisasikan program KB tersebut. Sehingga program KB bisa berhasil, yakni untuk menekan jumlah penduduk. "Wargane dikandani, anake aja akeh-akeh, sukup dua saja," katanya. Sementara itu, Kepala BKBPP Pemkab Brebes Emastoni Ezam SH MM menyatakan, terima kasih atas kritik Gubernur. Hal itu menjadi pertanda bahwa ada perhatian terhadap lembaganya. Menurutnya, penilaian Gubernur tentang kegagalan program KB di Brebes tidak sepenuhnya betul. Sebab, penilaian kepadatan jumlah penduduk oleh Gubernur dianggap masih bersifat makro dari data hasil sensus penduduk. “Program KB di Kabupaten Brebes berjalan cukup baik beberapa kurun waktu tahun terakhir. Tahun kemarin ketercapaian PPM (Perkiraan Peserta Masyarakat) atau peserta baru sudah tercapai lebih dari target. Begitu juga tahun 2011 ini, hingga bulan April kemarin sudah terealisir 30-35 persen dari target PPM-MP 63.565 atau sekitar 19.290 akseptor. Meski target selalu naik kami optimis tuntas hingga akhir tahun," terangnya. Pihaknya juga mengaku terus mengupayakan penjaringan akseptor baru dengan program rutin maupun yang terintegrasi dengan program lain. Selain itu, penjaringan akspetor juga diupayakan melalui tenaga kesehatan, PPLK, bidan maupun dokter di instansi kesehatan. "Barangkali perlu dicatat pertambahan penduduk itu juga dimungkinkan akibat bertambahnya jumlah warga pendatang, bukan karena faktor kelahiran. Kalau kita bekerja sekarang ini, hasilnya bias dilihat beberapa tahun ke depan. Kerja masa lalu juga terlihat efektif menekan angka kelahiran, buktinya banyak sekolah SD yang merger kurang siswa,” papar Toni. (ism) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar