Illustrasi. Kesetiaannya dalam menjaga resep tradisi yang dimiliki seak muda, nama Hj Jaenab (70) saat ini dikenal sebagai pembuat dodol. Bahkan hingga kini namanya dikenal sampai ke beberapa daerah seperti Jakarta, Tanggerang, Bogor hingga Karawang. Seperti apa proses pembuatannya? LAPORAN:TEGUH SUPRIYANTO Di rumah yang sekaligus dijadikan sebagai pabrik pembuatan dodol, Hj Jaenab dibantu 4 karyawannya. Setiap hari memproduksi jajanan tradisional berbahan tepung beras, gula merah dan minyak kelapa ini. Empat buah bejana dengan garis tengah sekitar 140 sentimeter, terpasang di atas tungku berbahan bakar batok kelapa. Seorang lelaki dengan memegang sebuah sendok kayu berukuran besar tidak henti-hentinya mengaduk adonan berwarna kecoklatan yang mendidih di atas bejana. Sesekali dia menuangkan minyak yang dihasilkan dari santan kelapa ke dalam adonan tadi. "Ini adalah proses pematangan, kita harus terus mengaduk agar semua bahan benar-benar tercampur merata," kata Tasrip (42) pekerja pembuat dodol. Dalam sekali pengolahan dodol dibutuhkan sedikitnya 100 butir kelapa, 50 kilogram tepung ketan, 50 kilogram gula merah dan bawang merah sebanyak 1,5 kilogram. "Dari bahan-bahan itu dibutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk proses memasaknya, dengan hasil akhir sebanyak 50 kilogram lebih dodol," ungkap Tasrip. Dikatakan Tasrip, dodol buatannya mengalami peningkatan pemesanan pada hari-hari tertentu, utamanya dalam menghadapi Lebaran. Jika dalam hari-hari biasa pesanan dodol dari pelanggan hanya sebanyak 2,5 kuintal, namun menjelang lebaran meningkat menjadi lebih dari 1 ton. "Selain dari pasar lokal di sekitar Kecamatan Bumiayu dan lainya di Kabupaten Brebes, kebanyakan pesanan dari wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Karawang. Kebanyaakan mereka datang sendiri ke sini," lanjut Tasrip. Hj Jaenab mengatakan, memulai usaha pembuatan dodol berbahan tepung ketan ini semenjak 35 tahun lalu. Semula dia hanya membuat dodol yang dia jual sendiri di pasar Bumiayu. Namun seiring dengan semakin banyaknya pesanan, dia mulai memperbanyak volume produksi dan mempekerjakan karyawan. "Dulu hanya kecil-kecilan saja, tapi Alhamdulillah sekarang sudah seperti ini," katanya. Dia mengatakan, kiat sukses menjalankan usahannya selama ini yaitu tidak pernah mengubah resep tradisional yang dia dapatkan semenjak dahulu. "Saya enggak berani mengganti bahan-bahan campuran, apalagi dengan menggunakan larutan berbau kimiawi seperti untuk pemanis saya tetap menggunakan gula merah seluruhnya bukan pemanis buatan. Sedangkan untuk menambah rasa gurih berasal dari santan," jelasnya. Dengan tetap menjaga resep tradisional berbahan alami itu, dodol buatan Hj Jaenab tetap mampu bertahan hingga 15 hari lamanya. (*).radar Tegal. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar