Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Senin, 22 Agustus 2011

Kerupuk Rambak Jadi Ciri Khas Bumiayu

BUMIAYU - Sama halnya dengan telur asin sebagai produk unggulan di Kabupaten Brebes, kerupuk rambak juga menjadi ciri khas Kota Bumiayu. Terlebih dengan semakin dekatnya Lebaran tahun ini, para pedagang dan perajin kerupuk rambak bersiap menyambut pembeli yang datang untuk menjadikannya oleh-oleh.

Perpaduan cita rasa gurih dan renyah menjadikan makanan ini banyak diburu warga setempat maupun pelancong yang kebetulan singgah di Bumiayu. Hal tersebut dibenarkan Cahyadi (40), seorang pengelola kios rambak di Jalan Diponegoro Bumiayu.

"Kerupuk rambak sampai saat ini masih banyak diminati masyarakat baik sebagai cemilan di rumah maupun oleh-oleh untuk dibawa keluar kota," katanya.

Berbeda dengan cara pembuatan kerupuk jenis lainnya, dalam proses produksi kerupuk rambak lebih membutuhkan waktu lebih lama serta modal lebih tinggi.   

"Tahap pertama adalah membakar kulit kerbau hingga kering. Setelah empuk, kulit direndam selama satu malam. Setelah itu, direbus selama 6 hingga 10 jam. Lalu kulit ditiriskan agar airnya hilang. Kemudian diiris tipis kecil kecil dan diberi bumbu," Kata Yadi tanpa mau menjelaskan bumbu yang dimaksud dengan alasan rahasia perusahaan.

Dia meneruskan, setelah pemberian bumbu Proses selanjutnya adalah penjemuran yang membutuhkan waktu selama satu minggu. Kondisi tersebut tergantung pada keadaan cuaca. Setelah itu barulah kerupuk rambak yang masih mentah digoreng dan dikemas.

Wahyudin (39) pedagang lainnya menjual rambak dalam beberapa kemasan, di antaranya kemasan dus besar yang dijual Rp 100.000, dus kecil Rp 35.000.

Dia mengatakan harga itu cukup realistis mengingat harga bahan baku utama berupa kulit kerbau yang didatangkan dari Jawa Barat harganya cukup tinggi. Belum lagi biaya operasional lainnya seperti minyak goreng, kayu bakar, minyak tanah dan tenaga kerja.

"Walaupun cukup mahal namun setiap hari ada saja pembeli yang datang, kebanyakan mereka membeli kerupuk rambak untuk dijadikan sebagai oleh-oleh. Biasanya hari Sabtu dan Minggu banyak yang datang untuk membeli," pungkasnya.(pri).Radar Tegal.

Tidak ada komentar:

Hi hi hi hiii....