Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Sabtu, 29 Oktober 2011

Wabah Kesanggupan

image Di India, ada aktivis bernama Kiran Bir Sethi, ia seorang perempuan muda,  cantik dan dinamis, yang menggalakkan program kampanye ‘’I Can’’ dari timur sampai ke barat India khusus untuk anak-anak. Dari sekitar 1000 anak yang telah ikut program ini mencatat perkembangan menarik: kesanggupan mereka atas segala seuatu meningkat secara mengejutkan. Kepercayaan diri mereka betumbuh dan kegembiraan mereka sebagai anak-anak tersulut.
   
Masih dari India, seorang pendidik, Sugat Mitra, membuat eksperimen : di sebuah  desa  pedalaman, tempat anak-anak memiliki  seluruh keterbatasan akses pendidikan, ia meletakkan sebuah komputer aktif lengkap  dengan internet  berkecepatan tinggi. Aksi anak-anak itu direkam lewat kamera tersembunyi dan catatan waktu disertakan juga di dalam pengamatan. Hasilnya, dalam  sekian waktu, seorang anak yang sama sekali  awam komputer, bukan cuma bisa mengoperasikan komputer tetapi juga bisa berselancar dengan internet untuk akhirnya mengajar teman-teman lainnya.
   
Kampanye pertama itu hasil dari  sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat menular, termasuk semangat dan kegembiraan. Percobaan kedua bertolak dari keyakinan bahwa anak-anak memiliki kesanggupan  mengajar dirinya sendiri. Dua soal ini, adalah  soal yang kadang tidak  dirawat  dengan baik oleh kurikulum yang sibuk menetapkan  standar-standar resmi. Maka banyaklah pencapaian resmi yang benilai tinggi di  sekolah tetapi di dalam kenyataan bernilai rendah. Ada ilmu-ilmu yang menganggur dan ada yang belajar banyak tetapi cuma memperoleh sedikit.
   
Lalu terjadilah banyak lalu lalang kepentingan. Di situ ada banyak pengangguran, di situ pula banyak lowongan pekerjaan. Sementara banyak orang kesulitan mencari pekerjaan, banyak perusahaan kesulitan mencari karyawan. Kini, sudah saatnya soal-soal yang tidak  resmi itu dirawat dan dikembalikan ke tempatnya  sebagai penyeimbang soal-soal resmi, yang ternyata  tidak bisa bertugas sendirian. Bahwa manfaat sekolah telah lama terbukti, tak perlu diperdebatkan. Tetapi bahwa sekolah baru menjangkau sabagian sisi  juga  sudah  terbukti.
Sekolah mengembangkan satu hal, tetapi tidak boleh meruntuhkan hal lain. Misalnya, karena keresmiannya, apalagi karena kekeliruannya, lalu cuma menghasilkan sedikit pengetahuan saja walau sesungguhnya ia bisa menghasilkan lebih banyak.  Pihak yang mestinya sanggup lebih cepat tetapi terpaksa pelan, itu  sungguh kelemahan sekolah yang harus diwaspadai. Sudah cuma memperoleh sedikit, lama, masih mahal pula, adalah soal berikutnya yang harus diteliti.
   
Kini ,telah ada penelitian yang jelas: bahwa hanya dengan mengampanyekan ‘’Saya Bisa’’ murid terpantik untuk melompat lebih jauh dari yang ia bayangkan sendiri. Cuma dengan melihat komputer, anak-anak  memiliki kesanggupan mengajar dirinya sendiri. Jadi sebetulnya betapa mudah tugas sekolah ketika harus  mengajar anak-anak yang  ternyata cerdas semacam ini.
   
Yang  saya sebut sebagai mudah itu bukan  berarti  soal mudah, tetapi ia benar-benar mudah jika memiliki alat yang tepat. Misalnya, berkendara pasti lebih cepat katimbang jalan kaki. Memiliki alat yang tepat agar cepat itulah yang membuat mudah. Karena apa jadinya kalau sesungguhnya kita ini mampu berjalan cepat tapi sengaja berlambat-lambat oleh sebuah alasan, saja.
(Prie GS/bnol).Suara Merdeka.

Tidak ada komentar:

Hi hi hi hiii....