SHUTTERSTOCK
Benda-benda seperti laptop atau komputer sebaiknya tidak diletakkan di dalam kamar.KOMPAS.com - Manusia terus menerus berupaya menciptakan beragam alat canggih dengan tujuan membuat hidup menjadi lebih mudah, nyaman dan menyenangkan.
Tetapi pada kenyataannya, teknologi juga telah membuat manusia menjadi 'tersiksa'. Waktu beristirahat bisa kacau balau, sehingga banyak orang di jaman modern menjadi lebih sering mengantuk.
Itulah setidaknya yang tergambar dalam hasil jajak pendapat yang dilakukan National Sleep Foundation di Amerika Serikat belum lama ini.
"Tidur dan teknologi tidak berbaur," ungkap jajak pendapat bertajuk 2011 Sleep in America tersebut.
Russell Rosenberg PhD, kepala pelaksana jajak pendapat dan direktur The Atlanta School of Sleep Medicine and Technology, menyatakan penggunaan ponsel, komputer dan video game sebelum waktu tidur dan tengah malam - seperti yang sering dilakukan para remaja dan anak-anak masa kini - telah menyita banyak sekali jatah waktu beristirahat.
"Jajak pendapat tahun ini memusatkan perhatian pada teknologi dan alat elektronik yang digunakan masyarakat, alat-alat yang sangat mudah ditemukan di mana-mana," ujarnya.
Selain mengungkap pengaruh teknologi terhadap durasi tidur, jajak pendapat juga menemukan begitu banyak orang Amerika yang tidak senang dengan kualitas tidur mereka. Tercatat sepertiga orang dewasa di AS tidur kurang dari tujuh jam dalam sehari, dan fakta itu menempatkan mereka pada risiko gangguan kesehatan yang serius.
Pada tahun ini, survei rutin dilakukan sejak 1991 oleh National Sleep Foundation itu melibatkan 1.508 responden. Responden dibagi dalam dalam 4 kelompok yakni usia 13-18, 19-29, 30-45 dan 46-64.
Remaja mengantuk
Beberapa temuan penting dalam riset itu di antaranya adalah para remaja dilaporkan paling sering mengantuk. Kasusnya tercatat sekitar 22% pada remaja usia 13-18, disusul 16% pada usia 19-2 tahun, sebanyak 11% pada usia 30 hingga 45, dan 9% pada usia 46-64.
Banyak responden mengaku tidak pernak atau jarang tidur pulas pada hari bekerja atau sekolah, dengan prosentase tertinggi yakni sekitar 51% pada remaja usia 19- 29.
Rata-rata durasi tidur tercatat sekitar 7 jam untuk responden usia dewasa, sedangkan para remaja dilaporkan sedikit lebih lama. Mereka yang berusia 13-19 rata-rata tidur selama 7 jam 26 menit pada hari sekolah; usia 19-29 sekitar 7 jam; sedangkan usia 30-45 dan 46-64 sedikit di bawah 7 jam.
Teknologi menguras waktu tidur
Penggunaan alat elektronik sebelum waktu tidur menjadi hal yang sangat lumrah. Sebanyak 60 persen responden rata-rata selalu menonton TV, 39% memakai ponsel, 36% menggunakan laptop atau komputer, 21% telepon, 8% video games, dan 29% perangkat pemutar musik.
Para ahli telah mengimbau agar penggunaan alat-alat tersebut sebelum waktu tidur dikurangi. 'Ada dua alasan untuk hal itu. Pertama adalah paparan cahaya yang didapatkan orang dari layar komputer atau alat lain. Cahaya dapat mengambat hormon pengirim sinyal ke otak yang memerintahkan tubuh beristirahat. Hormon itu disebut melatonin." kata Rosenberg.
Alasan lain, kata Rosenberg, waktu tidur menjadi tertunda karena Anda terjebak dalam kesenangan menggunakan komputer dan alat lainnya.
Sekitar seperempat responden dalam jajak pendapat mengatakan mereka tidur dengan menyimpan ponsel di ranjang dan sekitar 10% mengatakan mereka seringkali terbangun setidaknya beberapa menit di tengah malam karena harus menjawab telpon, sms atau email. Hal itu lebih sering dilaporkan oleh responden berusia muda, yakni 18% responden 13-19 dan 20% responden usia 19-29.
Keluhan mengantuk
Akibat kurang tidur, para responden juga melaporkan keluhan mengantuk saat berkendara. Setengah dari responden usia 19 -29 mengaku setidaknya pernah mengantuk satu kali dalam sebulan. Sekitar 10 persen dari responden remaja dan dewasa mengaku mengantuk satu atau dua kali dalam sepekan.
Fakta ini sepertinya sejalan dengan data dari National Highway Traffic Safety Administration. Mengantuk saat berkendara dilaporkan menjadi penyebab lebih dari 100.000 kasus kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya dan merenggut 1.550 korban jiwa.
Tenggak kafein
Sementara itu mengenai cara mengatasi kantuk akibat kurang tidur, penggunaan kafein secara berlebihan dan tidur siang seringkali dilaporkan oleh responden. Rata-rata responden bisa meminum sekitar tiga cangkir minuman berkafein setiap hari.
Tidur siang adalah cara lain yang dilakukan para responden untuk mengatasi kurang tidur. Hampir setengah dari respoden usia 13-19 dan 19-29 mengaku satu kali tidur siang pada hari kerja atau sekolah.
Penulis: AC | Editor: Asep Candra | Tetapi pada kenyataannya, teknologi juga telah membuat manusia menjadi 'tersiksa'. Waktu beristirahat bisa kacau balau, sehingga banyak orang di jaman modern menjadi lebih sering mengantuk.
Itulah setidaknya yang tergambar dalam hasil jajak pendapat yang dilakukan National Sleep Foundation di Amerika Serikat belum lama ini.
"Tidur dan teknologi tidak berbaur," ungkap jajak pendapat bertajuk 2011 Sleep in America tersebut.
Russell Rosenberg PhD, kepala pelaksana jajak pendapat dan direktur The Atlanta School of Sleep Medicine and Technology, menyatakan penggunaan ponsel, komputer dan video game sebelum waktu tidur dan tengah malam - seperti yang sering dilakukan para remaja dan anak-anak masa kini - telah menyita banyak sekali jatah waktu beristirahat.
"Jajak pendapat tahun ini memusatkan perhatian pada teknologi dan alat elektronik yang digunakan masyarakat, alat-alat yang sangat mudah ditemukan di mana-mana," ujarnya.
Selain mengungkap pengaruh teknologi terhadap durasi tidur, jajak pendapat juga menemukan begitu banyak orang Amerika yang tidak senang dengan kualitas tidur mereka. Tercatat sepertiga orang dewasa di AS tidur kurang dari tujuh jam dalam sehari, dan fakta itu menempatkan mereka pada risiko gangguan kesehatan yang serius.
Pada tahun ini, survei rutin dilakukan sejak 1991 oleh National Sleep Foundation itu melibatkan 1.508 responden. Responden dibagi dalam dalam 4 kelompok yakni usia 13-18, 19-29, 30-45 dan 46-64.
Remaja mengantuk
Beberapa temuan penting dalam riset itu di antaranya adalah para remaja dilaporkan paling sering mengantuk. Kasusnya tercatat sekitar 22% pada remaja usia 13-18, disusul 16% pada usia 19-2 tahun, sebanyak 11% pada usia 30 hingga 45, dan 9% pada usia 46-64.
Banyak responden mengaku tidak pernak atau jarang tidur pulas pada hari bekerja atau sekolah, dengan prosentase tertinggi yakni sekitar 51% pada remaja usia 19- 29.
Rata-rata durasi tidur tercatat sekitar 7 jam untuk responden usia dewasa, sedangkan para remaja dilaporkan sedikit lebih lama. Mereka yang berusia 13-19 rata-rata tidur selama 7 jam 26 menit pada hari sekolah; usia 19-29 sekitar 7 jam; sedangkan usia 30-45 dan 46-64 sedikit di bawah 7 jam.
Teknologi menguras waktu tidur
Penggunaan alat elektronik sebelum waktu tidur menjadi hal yang sangat lumrah. Sebanyak 60 persen responden rata-rata selalu menonton TV, 39% memakai ponsel, 36% menggunakan laptop atau komputer, 21% telepon, 8% video games, dan 29% perangkat pemutar musik.
Para ahli telah mengimbau agar penggunaan alat-alat tersebut sebelum waktu tidur dikurangi. 'Ada dua alasan untuk hal itu. Pertama adalah paparan cahaya yang didapatkan orang dari layar komputer atau alat lain. Cahaya dapat mengambat hormon pengirim sinyal ke otak yang memerintahkan tubuh beristirahat. Hormon itu disebut melatonin." kata Rosenberg.
Alasan lain, kata Rosenberg, waktu tidur menjadi tertunda karena Anda terjebak dalam kesenangan menggunakan komputer dan alat lainnya.
Sekitar seperempat responden dalam jajak pendapat mengatakan mereka tidur dengan menyimpan ponsel di ranjang dan sekitar 10% mengatakan mereka seringkali terbangun setidaknya beberapa menit di tengah malam karena harus menjawab telpon, sms atau email. Hal itu lebih sering dilaporkan oleh responden berusia muda, yakni 18% responden 13-19 dan 20% responden usia 19-29.
Keluhan mengantuk
Akibat kurang tidur, para responden juga melaporkan keluhan mengantuk saat berkendara. Setengah dari responden usia 19 -29 mengaku setidaknya pernah mengantuk satu kali dalam sebulan. Sekitar 10 persen dari responden remaja dan dewasa mengaku mengantuk satu atau dua kali dalam sepekan.
Fakta ini sepertinya sejalan dengan data dari National Highway Traffic Safety Administration. Mengantuk saat berkendara dilaporkan menjadi penyebab lebih dari 100.000 kasus kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya dan merenggut 1.550 korban jiwa.
Tenggak kafein
Sementara itu mengenai cara mengatasi kantuk akibat kurang tidur, penggunaan kafein secara berlebihan dan tidur siang seringkali dilaporkan oleh responden. Rata-rata responden bisa meminum sekitar tiga cangkir minuman berkafein setiap hari.
Tidur siang adalah cara lain yang dilakukan para responden untuk mengatasi kurang tidur. Hampir setengah dari respoden usia 13-19 dan 19-29 mengaku satu kali tidur siang pada hari kerja atau sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar