Gustia Martha Putri - Okezone
Tidur mendengkur (Foto: Google)
MENDENGKUR saat tidur tentu bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Selain dapat mengganggu kenyamanan pasangan atau buah hati yang masih tidur bersama, mendengkur tak jarang membuat malu. Lantas bagaimana mengatasinya?
Padatnya jadwal rutinitas seseorang menyebabkan waktu tidur terpaksa tak dapat dimaksimalkan. Jika tak diperbaiki, kurang tidur dapat memiliki efek buruk pada jantung, tekanan darah, dan fungsi metabolisme yang mengakibatkan hipertensi, serangan jantung, diabetes, dan gangguan terkait perut seperti gangguan pencernaan dan hyperacidity.
Selain itu, kekurangan tidur kronis juga menyebabkan atau memperburuk dengkuran yang merupakan gejala menonjol dari Obstructive Sleep Apnea (OSA). Demikian penjelasan Dr S Ramnathan Iyer, sebagaimana dilansir Times of India, Kamis (2/2/2012).
OSA merupakan gangguan tidur yang umum. OSA menyebabkan seseorang memiliki otot longgar di belakang tenggorokan yang menimbulkan dengkur dan sumbatan saluran napas saat udara disedot ke dalam. Orang dalam kondisi ini seperti tampak tersedak dan walaupun mereka tidak terbangun sepenuhnya, pola tidurnya terganggu. Kenaikan berat badan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya OSA.
Keluhan utama pada pasien OSA adalah mendengkur dan kantuk di siang hari, serta merasa kelelahan. Imbasnya, untuk mengatasi kantuk di siang hari mereka mengonsumsi tembakau atau rokok, mengonsumsi teh atau kopi secara berlebih.
Hal-hal tersebutlah yang memicu bahaya kesehatan tubuh. Pasien OSA jadi lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi, serangan jantung, diabetes tipe 2, stroke, obesitas, dan demensia. Maka dari itu, masalah OSA sangat bermanfaat jika segera diperbaiki. Karena pendapatan optimal oksigen dalam tubuh adalah kebutuhan dasar sel-sel tubuh agar tak memicu penyakit lainnya. Salah satu caranya dengan memperbaiki waktu tidur.
Dr S Ramnathan Iyer menambahkan, ada lebih dari 70 gangguan tidur yang berbeda, yang umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kategori; kurang tidur (misalnya, insomnia), tidur terganggu (misalnya, OSA), dan berlebihan tidur (misalnya, narkolepsi).
(tty)
Padatnya jadwal rutinitas seseorang menyebabkan waktu tidur terpaksa tak dapat dimaksimalkan. Jika tak diperbaiki, kurang tidur dapat memiliki efek buruk pada jantung, tekanan darah, dan fungsi metabolisme yang mengakibatkan hipertensi, serangan jantung, diabetes, dan gangguan terkait perut seperti gangguan pencernaan dan hyperacidity.
Selain itu, kekurangan tidur kronis juga menyebabkan atau memperburuk dengkuran yang merupakan gejala menonjol dari Obstructive Sleep Apnea (OSA). Demikian penjelasan Dr S Ramnathan Iyer, sebagaimana dilansir Times of India, Kamis (2/2/2012).
OSA merupakan gangguan tidur yang umum. OSA menyebabkan seseorang memiliki otot longgar di belakang tenggorokan yang menimbulkan dengkur dan sumbatan saluran napas saat udara disedot ke dalam. Orang dalam kondisi ini seperti tampak tersedak dan walaupun mereka tidak terbangun sepenuhnya, pola tidurnya terganggu. Kenaikan berat badan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya OSA.
Keluhan utama pada pasien OSA adalah mendengkur dan kantuk di siang hari, serta merasa kelelahan. Imbasnya, untuk mengatasi kantuk di siang hari mereka mengonsumsi tembakau atau rokok, mengonsumsi teh atau kopi secara berlebih.
Hal-hal tersebutlah yang memicu bahaya kesehatan tubuh. Pasien OSA jadi lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi, serangan jantung, diabetes tipe 2, stroke, obesitas, dan demensia. Maka dari itu, masalah OSA sangat bermanfaat jika segera diperbaiki. Karena pendapatan optimal oksigen dalam tubuh adalah kebutuhan dasar sel-sel tubuh agar tak memicu penyakit lainnya. Salah satu caranya dengan memperbaiki waktu tidur.
Dr S Ramnathan Iyer menambahkan, ada lebih dari 70 gangguan tidur yang berbeda, yang umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kategori; kurang tidur (misalnya, insomnia), tidur terganggu (misalnya, OSA), dan berlebihan tidur (misalnya, narkolepsi).
(tty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar