Kompas.com - Kondisi gigi orang yang berusia 20-30 tahun secara umum masih baik, apalagi kalau mereka rutin menyikat gigi dan memeriksakan giginya ke dokter. Tetapi di usia ini mereka justru rentan mengalami gigi sensitif.
Riset kesehatan menyebutkan satu dari dua responden pernah mengalami gigi sensitif di saat usia produktif. Walau rasionya nyaris seimbang, tetapi persentase penderita wanita lebih banyak dari pria, yakni 52 persen wanita dan 48 persen pria.
Gigi sensitif sebenarnya istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan dentine hypersensitive, yang ditandai dengan terbukanya dentin akibat email yang menipis. Maka, bila kondisinya sudah terbuka dan terkena sesuatu yang panas atau dingin akan timbul sensasi rasa ngilu pada gigi.
Menyikat gigi secara benar dan tidak berlebihan merupakan cara pencegahan gigi sensitif. "Orang yang lebih detil dan terlalu bersih dalam menyikat justru beresiko mengalami hipersensitif dentin," kata drg.Yuniarti Soeroso, Sp.Perio, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, menggosok gigi yang benar cukup dilakukan dengan lembut tetapi menjangkau seluruh sela-sela gigi. "Sikatan yang terlalu kuat justru merusak gusi dan mengabrasi lapisan gigi," imbuhnya.
Selain faktor penyikatan gigi, kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur juga akan menipiskan lapisan gigi. Sayangnya menggertakan gigi ini sering tidak disadari karena terjadi saat tidur.
"Penyebab utamanya adalah karena stres psikologis. Dalam jangka panjang kebiasaan menggertakan gigi ini akan merusak gigi," kata Dr.How Kim Chuan, pakar kesehatan gigi dari Malaysia dalam acara media edukasi Pendekatan Terkini dalam Perawatan Gigi Sensitif yang diadakan GlaxoSmithKline di Jakarta Oktober silam.
Pola makan orang berusia produktif juga berpengaruh pada gigi sensitif, misalnya kebiasaan mengonsumsi makanan asam serta kebiasaan minum minuman bersoda.
Kandungan asam di dalam soda juga akan mengikis enamel. Karena itu gunakan sedotan untuk mengurangi cairan asam kontak dengan gigi dan berkumur setelahnya.
"Sebaiknya berkumur dengan air setelah mengonsumsi makanan asam, jangan langsung menyikat gigi karena dapat mendorong asam masuk ke tubulus dentin di bawah enamel gigi," kata Yuniarti.
Preventif
Meski mengganggu, tetapi mayoritas menganggap gigi sensitif tidak berbahaya. Padahal keluhan gigi sensitif bisa menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan gigi. "Rasa ngilu pada gigi bisa membuat orang malas menyikat gigi sehingga lama kelamaan bakteri dan plak menumpuk, bahkan bisa menyebabkan radang gusi," kata Yuniarti.
Perawatan gigi sensitif bisa dilakukan dengan sederhana oleh pasien di rumah, yakni menggunakan sikat gigi berbulu lembut dan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif, serta tentunya tidak menggosok gigi terlalu keras.
Menurut How, penggunaan pasta gigi yang berbahan aktif strontium asetat sangat efektif meredakan rasa sakit pada gigi sensitif sampai 46 persen. "Bahan aktif ini akan menutup tubuli dentin sehingga mencegah rangsang saraf. Dengan demikian sensasi ngilu pada gigi berkurang," katanya.
Strontium asetat sendiri, menurut Lody Lukmanto, GSK senior brand manager oral care, sudah dikembangkan dalam inovasi produk pasta gigi sensitif terbaru dari GSK, yakni Sensodyne Rapid Relief.
"Menggunakan pasta gigi ini setiap hari, kandungan aktifnya akan membentuk perlindungan untuk mencegah rasa sakit itu datang kembali. Untuk mengurangi rasa sakit juga bisa dioleskan langsung pada gigi yang ngilu," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar