Fitri Yulianti - Okezone
(Foto: gettyimages)
PESTISIDA menjadi berkah bagi petani dalam mengeruk keuntungan. Namun, bahan berbahaya ini memberi dampak buruk bagi mereka yang terpapar.
Kampanye hidup sehat dengan mengonsumsi makanan organik kini semakin keras digaungkan. Masalahnya, kita seperti tidak bisa keluar dari serangan makanan mengandung pestisida yang bertubi-tubi.
Tentu saja, tak satupun dari kita yang mengharapkan pestisida masuk ke dalam sistem tubuh. Salah satu dampak buruk yang ditakuti, terutama kalangan pria, berkurangnya organ testosteron. Pestisida menyebabkan “demasculinization” pada beberapa spesies dengan menghadang gugus reseptor (receptor sites) yang diperlukan hormon seksual pria untuk menjalankan fungsi normalnya selama perkembangan.
“Contohnya Thailand. Mereka punya sejarah panjang penggunaan pestisida mulai 1964, dengan dimulainya Revolusi Hijau. Sekarang, kita lihat banyak laki-laki Thailand yang ‘cantik’ dan kemayu,” kata Ahmad Sulaeman PhD, Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi IPB pada diskusi “Gizi Lintas Generasi; Tantangan Gizi Anak Dulu, Kini dan Nanti” oleh PT Sari Husada di HongKong Cafe, Jakarta, belum lama ini.
Dikutip dari Wikipedia, Revolusi Hijau merupakan sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian. Gerakan ini dimulai 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia, seperti India, Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan Indonesia dengan sasaran tercapainya swasembada pangan.
Berkaca dari pengalaman Thailand, Prof Ahmad menambahkan, dampak penggunaan pestisida memang baru akan terlihat puluhan tahun kemudian. “1-3 tahun tidak apa-apa karena masih di bawah ambang batas. Kejadiannya (demasculinization-red) setelah 30 tahun kemudian karena pestisida golongan antiandrogen ini bekerja pada sistem endokrin dan reproduksi yang sifatnya kronik,” jelasnya.
Pestisida dan cara meminalisirnya
Secara garis besar, pestisida yang digunakan untuk bahan makanan terbagi atas dua, yakni pestisida sistemik dan permukaan. Pestisida sistemik adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga tidak bisa hilang dengan disiram. Sementara pestisida permukaan cenderung sebaliknya.
“Cuci dengan sabun pencuci khusus sayuran tidak apa-apa, tapi setelah itu harus dibilas bersih, kemudian dikupas, misalnya apel dan wortel. Pastikan juga air yang dipakai mencuci memiliki syarat air minum,” tandasnya.
Lantas, bagaimana membedakan sayuran yang terpapar pestisida sistemik maupun permukaan? “Makanan yang terpapar pestisida tidak bisa diidentifikasi secara fisik, bukan berarti sayuran berlubang karena dimakan ulat itu bebas pestisida. Namun pemerintah memberlakukan sistem sertifikasi pada makanan organik. Label ‘Prima’ berarti sayuran tersebut memenuhi standar keamanan,” paparnya.
Ada tiga jenis label “Prima” yang diberlakukan pemerintah; Prima 3 (sayuran aman, tapi bentuk jelek), Prima 2 (sayuran aman, bentuknya pun bagus), dan Prima 1 (kualitas ekspor). Jadi sebagai konsumen, kita harus cerdas memilah yang aman untuk tubuh.
(ftr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar