Selamat datang di "CINGSINGSEHAT.COM"

coba

RADIO MPU KANWA || BERANDA || PPNI || BELANJA DI GANJAR || UU KEPERAWATAN 

RIAS PENGANTIN DAN STUDIO FOTO

SEHAT UNTUK SEMUA

Anda Pengunjung Ke

Sabtu, 10 Desember 2011



KOMPAS/ TOTOK WIJAYANTO
Jeng Kenny berada di ruang praktiknya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (30/11/2011).

Oleh Budi Suwarna & Sarie Febriane
KOMPAS.com — Inilah fenomena dunia penyembuhan alternatif-supranatural di era konsumsi seperti saat ini. Dulu, penyembuh identik dengan orang tua yang disebut mbah. Kini, para jeng unjuk diri di radio dan televisi.
Suasana di Klinik Jeng Ana di Jalan Kalibata Timur, Jakarta Selatan, pada Kamis (1/12/2011) siang sangat sibuk. Empat kru Jak TV tampak mengabadikan hampir semua sudut klinik dan mewawancarai beberapa pasien yang memberi kesaksian tentang keampuhan pengobatan Jeng Ana. Tidak ketinggalan, gambar Jeng Ana sedang mengobati pasiennya diambil secara lengkap.
Ya, sejak tujuh tahun lalu Jeng Ana rajin muncul di acara pengobatan alternatif di televisi. Jadwalshooting-nya kini padat. Senin pagi, Jeng Ana tampil di Bali TV, Jumat hingga Sabtu dia tampil berturut-turut di Jak TV. Jumat siang, dia siaran di TVRI Stasiun Jawa Barat dan Sabtu di TVRI Stasiun Riau. Jeng Ana juga pernah muncul di MNCTV (dulu TPI), O'Channel, dan TVRI Pusat. Selain itu, dia juga mengisi siaran pengobatan alternatif di beberapa stasiun radio di Jakarta, seperti Radio Kamajaya,Pop FM, dan Safari.
Suami Jeng Ana, Suprayitno, mengatakan, untuk membeli jam tayang di televisi, Jeng Ana mengeluarkan dana Rp 30 juta-Rp 50 juta setiap minggu. Selain itu, dia juga membayar presenter khusus Rp 5 juta sekali siaran. "Jeng Ana itu maunya eksklusif, makanya presenter yang memandu acaranya pun harus eksklusif," ujar Suprayitno.
Ada lagi pengeluaran tambahan, yakni kostum untuk tampil di televisi. Menurut Suprayitno, biaya untuk kostum mencapai Rp 30 juta setiap bulan. Dana relatif besar yang dikeluarkan Jeng Ana tampaknya sebanding dengan hasilnya. Boleh dikata, popularitas Jeng Ana kini tidak kalah dibandingkan dengan artis sinetron. Wajahnya akrab di mata, tutur kata halusnya terngiang terus di telinga, dan citranya sebagai Ratu Herbal Indonesia menancap kuat dalam ingatan publik.
Pergaulannya pun membentang luas hingga kalangan atas. Ketika Jeng Ana meresmikan klinik baru dan salon spanya di Kalibata Timur, tamu yang datang mulai dari jenderal hingga artis, seperti Roy Marten dan Rhoma Irama. Semuanya berdiri berdampingan dengan Jeng Ana dan memberi kesaksian. Momen itu kemudian disebar lewat televisi.
Buat Jeng Ana, siaran di televisi hanyalah salah satu strategi pemasarannya. "Kami bukannya ingin mencari pasien sebanyak mungkin. Kami hanya ingin memperkenalkan diri agar bisa menolong lebih banyak orang," ujar Jeng Ana yang selalu berjilbab rapi, tampil modis, dan senang menunggang mobil Alphard.
Dia juga sangat memperhatikan penataan kliniknya. Memasuki klinik Jeng Ana di Kalibata Timur, Kamis (1/12/2011), kita seperti memasuki klinik dokter yang telah mapan. Ruang tunggu ditata rapi, modern, bersih, dan wangi. Susunan herbal dikemas dan dipajang secara artistik. Tidak ada suasana mistis sama sekali.
Itu sebabnya berbagai kalangan tanpa sungkan datang ke klinik ini. Setiap Sabtu dan Minggu ratusan pasien antre di klinik Jeng Ana di Kalibata untuk berobat. Sebagian datang dengan mobil mewah. Hal yang sama, kata Jeng Ana, juga terjadi setiap dia praktik di Bandung, Pekanbaru, Tangerang, dan Bali.
Ini bisnis besar. Bayangkan, setiap pasien Jeng Ana rata-rata membayar Rp 1 juta hingga Rp 5 juta untuk berobat dan membawa pulang herbal racikan Jeng Ana yang diklaim ampuh mengobati penyakit apa pun, terutama kanker.
Merek dagang
Gambaran tentang penyembuh alternatif-supranatural yang modern, modis, dan dandan juga ada pada sosok Jeng Kenny (57). Ketika ditemui, Rabu (30/11/2011), di Pamulang, Banten, Jeng Kenny bersolek, mengenakan kerudung, dan kaftan modis yang penuh dengan manik. Hal yang sama terlihat pada sosok Jeng Nur Hikmah yang membuka praktik pengobatan supranatural di Perumnas Klender, Jakarta Timur. Dia berjilbab rapi dan mengenakan baju kurung.
Meski begitu, aroma magis tetap mereka pertahankan di ruang praktik. Di dinding ruang praktik Jeng Kenny yang tertutup dan bercahaya temaram terpampang gambar sosok yang disebut sebagai Nyi Roro Kidul dalam ukuran besar. Di dinding ruang praktik Jeng Nur terpasang tulisan Arab, simbol-simbol, dan dua bilah keris. Di meja tertata rapi majalah mistik dengan sampul depan bergambar Jeng Nur dalam balutan kebaya dan rambut disanggul.
Di ruang praktik tertutup itulah Jeng Kenny dan Jeng Nur mengobati penyakit pasien, terutama yang bersifat nonmedis. Jeng Nur mengaku spesialisasinya adalah mengurus persoalan rumah tangga, seperti perselingkuhan. Dari pengalamannya, persoalan ini semakin parah dari tahun ke tahun. Laki-laki dan perempuan zaman sekarang sama getolnya dalam urusan selingkuh.
Metode pengobatan Jeng Nur dan Jeng Kenny sama-sama mengandalkan doa. Mereka menempatkan diri sekadar sebagai perantara saja. ”Semua pengobatan supranatural semacam ini sama saja, pasti mengandalkan doa,” ujar Jeng Nur dengan suara lembut.
Kesamaan lainnya, mereka mengaku mendapatkan kemampuan mengobati orang lewat laku spiritual yang rumit. Selain itu, mereka juga sama-sama lebih nyaman dengan sebutan jeng.
Mengapa? Jeng Nur menggunakan sebutan jeng sekadar untuk menunjukkan dia orang Jawa dan keturunan priayi. Sementara itu, Jeng Ana mengatakan, sebutan jeng dalam tradisi Jawa biasanya dilekatkan pada anak muda yang memiliki kemampuan mengobati orang.
Apa kalau sudah tua tetap menggunakan sebutan jeng? Jeng Ana tertawa mendengar pertanyaan itu. "Sampai kapan pun saya tetap gunakan sebutan Jeng Ana karena itu sudah jadi merek dagang saya," katanya.
Ya, inilah para jeng penyembuh di era konsumsi yang sadar benar seluk-beluk pencitraan dan pemasaran.
Sumber :
Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Hi hi hi hiii....