Lusia Kus Anna | Rabu, 23 November 2011
KOMPAS.com — Ketombe, sisik-sisik halus berwarna putih yang kerap memenuhi kerah dan pundak, merupakan permasalahan rambut yang kerap dikeluhkan. Meski dapat dikendalikan dengan perawatan, kulit yang berketombe lebih rentan terhadap infeksi.
Para ahli menyatakan, ketombe tidak ada kaitannya dengan kebersihan rambut atau kebiasaan mencuci rambut. Ketombe pada dasarnya merupakan pengelupasan kulit kepala secara alami akibat pergantian lapisan sel kulit paling luar.
Siklus pengelupasan kulit kepala (scalp) ini normal selama jumlahnya sedikit. Pada beberapa kasus intensitas siklus tersebut meningkat dan disertai peradangan sehingga mengakumulasi tumpukan kulit mati pada scalp. Inilah yang mengakibatkan sisik atau ketombe terlihat lebih banyak.
Meski begitu, para ahli belum mengetahui mengapa ada orang yang mengalami siklus lebih cepat. Salah satu dugaan adalah karena jamur pemakan lemak yang disebut Pityrosporum ovale yang sering ditemui pada orang-orang yang menderita ketombe berat.
Jamur tersebut bisa muncul karena berbagai sebab, antara lain, fluktuasi hormonal, gangguan saraf tertentu seperti parkinson, stres, atau gangguan kekebalan tubuh. Perubahan musim juga diduga memengaruhi siklus berat-ringannya ketombe.
Bila serpihan ketombe tampak besar-besar, berminyak, disertai kemerahan di sekitar hidung, telinga, atau dada, berarti menderita jenis ketombe yang parah, yakni dermatitis seboroik, atau bahkan mengalami psosirasi kulit kepala.
Dermatitis seboroik dapat menyebabkan ketombe yang membandel disertai dengan rasa gatal. Penyakit ini sering kali diturunkan dan biasanya muncul pada saat stres. Untuk mengetahui berat ringannya kondisi yang diderita, perlu dikonsultasikan dengan dokter spesialis kulit.
Para ahli menyatakan, ketombe tidak ada kaitannya dengan kebersihan rambut atau kebiasaan mencuci rambut. Ketombe pada dasarnya merupakan pengelupasan kulit kepala secara alami akibat pergantian lapisan sel kulit paling luar.
Siklus pengelupasan kulit kepala (scalp) ini normal selama jumlahnya sedikit. Pada beberapa kasus intensitas siklus tersebut meningkat dan disertai peradangan sehingga mengakumulasi tumpukan kulit mati pada scalp. Inilah yang mengakibatkan sisik atau ketombe terlihat lebih banyak.
Meski begitu, para ahli belum mengetahui mengapa ada orang yang mengalami siklus lebih cepat. Salah satu dugaan adalah karena jamur pemakan lemak yang disebut Pityrosporum ovale yang sering ditemui pada orang-orang yang menderita ketombe berat.
Jamur tersebut bisa muncul karena berbagai sebab, antara lain, fluktuasi hormonal, gangguan saraf tertentu seperti parkinson, stres, atau gangguan kekebalan tubuh. Perubahan musim juga diduga memengaruhi siklus berat-ringannya ketombe.
Bila serpihan ketombe tampak besar-besar, berminyak, disertai kemerahan di sekitar hidung, telinga, atau dada, berarti menderita jenis ketombe yang parah, yakni dermatitis seboroik, atau bahkan mengalami psosirasi kulit kepala.
Dermatitis seboroik dapat menyebabkan ketombe yang membandel disertai dengan rasa gatal. Penyakit ini sering kali diturunkan dan biasanya muncul pada saat stres. Untuk mengetahui berat ringannya kondisi yang diderita, perlu dikonsultasikan dengan dokter spesialis kulit.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar